Semalaman aku kembali tidak bisa tidur, setelah sebelumnya
aku seharian keluar dengan teman. Kemarin aku berencana beli tripot, mouse dan
beberapa peralatan perempuan, akan tetapi, berkat sesuatu, aku kembali tidak
jadi beli tripot. Padahal aku sudah benar- benar menabung uangku untuk membeli
benda tersebu, dan sudah lama aku
berniat untuk membelinya, tapi tidak jadi lagi.
Akupun bangun pagi dengan mata yang amat teramat perih,
karna kurang tidur. Tapi disisi lain, aku harus ke kampus untuk daftar sidang
hapalan, sidang yang paling memberatkan mahasiswa dan yang membuat stres dari
segala tingkat stres. Setelah sebelumnya dibust stres dengan sidang
komprehensif, yaitu sidang 71 matakuliah
yang telah dipelajari dari semester 1
sampai semester akhir. Ceritanya seperti Ujian Nasional tapi versi kuliah dan
ujiannya bukan tertulis tapi lisan. Di kampusku, ada 4 sidang. Rasanya penderitaan tanpa akhir. Penderitaan
dimulai dari semester 1, dimana sudah banyak tugas dan ujiannya kerap kali
lisan, dan penderitaan berat tersebut berlanjut hingga semester 6 , dimana
tugas menumpuk parah. Jurnalistik sendiri jurusan yang bukan hanya membahas
teori, tapi juga praktik dilapangan dimana jurnalis meliput dan mengumpulkan
segala peristiwa – peristiwa , mengolahnya, dan mempublikasikannya ke khalayak.
Banyak proses didalamnya, tidak semudah yang dilihat. Entah itu praktik liputan
yang dilakukan tiba – tiba di malam hari, atau seharian hingga malam, dan ketika
beres meliput data tersebut harus diolah dalam bentuk tulisan atau di edit jika
data berupa video, kemudian mempublikasikannya, diperlukan biaya transportasi,
konsumsi dan kuota juga. Ditambah lagi, dikejar deadline, karena takut
beritanya akan basi jika tidak segera di publikasikan.
Hingga masuk pada semester 7, penderitaan lebih berat
dimulai, yaitu JOBTRE (Job Training), dimana mahasiswa harus mencari tempat
magang yang bersedia mereka untuk melakukan praktik – praktik kejurnalistikkan
di perusahaan mereka. Luntang – lantung masukin lamaran kesana – sini, kaya
lagi ngelamar pekerjaan , bersyukurlah jika keterima. Kalo tidak, ya coba lagi.
Sudah di terima? Masuklah mahasiswa ke medan dunia yang sebenar – benarnya .
Mahasiswa menjadi wartawan sesungguhnya, dunia yang keras. Dimana yang selama
ini di perkuliahan yang sudah berat, didunia kerja lebih berat kuadrat. Lalu,
setelah melaksanakan magang selama 1 bulan nilai dari perusahaan selama job
training pun keluar. Mulailah membuat proposal laporan kegiatan selama
melaksanakan job training. Kemudian, proposal tersebut diseminarkan dihadapan
dosen untuk memperoleh nilai.
Kemudian semester 8, mulailah membuat proposal untuk
pengajuan judul skripsi. Kemudian proposal tersebut di sidang didepan dosen
penguji. Setelah itu, Surat Keputusan dosen pembimbing mahasiswa pun keluar,
dan mahasiswa harus mengatakan “Hollyshit” jika mendapatkan dosen pembibing
yang resek dan nyebelin atau mendapatkan dosen yang tidak sesuai kompetensinya.
Kemudian, mulailah dibimbing, dan tiap beres bimbingan rasanya stres semakin
meningkat. Skripsi di coret2 ?
sejujurnya aku belum pernah merasakannya. Tapi menurutku mending di coret-coret
daripada punya pembimbing tapi setelah sekian lama belum juga di bimbing.
Apalagi jika dosen pembimbing tidak memberikan pencerahan, sudah saja, skripsi
seperti membunuh pelan – pelan. Padahal menikmati proses pembuatannya, tapi
skripsi yang dibuat tersebut seperti tidak ada artinya dan diabaikan. *cukup
lama untuk menceritakan ini, akan ku ceritakan lain kali*
dilanjutkan dengan KKN, alias Kuliah Kerja Nyata.. ya, sebagai kampus Negri tentunya sudah kewajiban mengabdi kepada masyarakat. Dan disinilah saatnya , untuk menunjukkan mahasiswa akan membuat kehidupan masyarakat lebih baik lagi. dan itu dilaksanakan selama satu bulan, yang menurutku amat menyiksa.
Lalu, setelah bla bla bla, penderitaan berlanjut ke sidang
komprehensif, yang telah kujelaskan sebelumnya, yaitu sidah seluruh mata
kuliah. Kemudian di lanjutkan sidang hapalan. Ah God, i wanna crazy to thinking
about sidang hapalan !
** BERSAMBUNG**
0 comments:
Post a Comment
jengggggggg