Rissa Indrasty

My Photo
Jakarta , Jakarta Selatan, Indonesia
seafairy | journalist | artist | musician | artworker | traveller

MASA KARANTINA, MASA ISOLASI, MASA PENDERITAAN BAGIAN 3 EDISI HOROR





Ngobrolin sesuatu yang horor, di rumah yang aku tinggali hampir dua minggu ini juga menyimpan sesuatu yang berbau – bau mistis.  Awalnya aku merasa biasa saja sih dengan rumah ini, karena rumah ini adalah rumah paling bagus, terang, auranya enak, paling nyaman dibanding rumah kelompok lainnya. Dimana rumah kelompok lain ada yang ga ada lampu, kamar mandi nyatu dengan dapur, mau mandi harus nimba. Sedangkan rumahku nyaman, seperti rumah kontrakan .

Jadi begini kisah awal aku menyadarinya, tapi hingga sekarang untung nya aku tidak merasa takut berlebihan. Hanya biasa – biasa saja, entah karena sudah biasa atau bagaimana, atau karena keterpaksaan jadi aku merasa biasa – biasa saja. Waktu itu aku berkumpul untuk rapat kelompok di ruang tamu, karena itu area paling luas dan terbuka di rumah ini. Seperti biasa, rapat ini selalu berjalan tidak serius karena mereka kerap kali bercanda, tapi aku kerap kali tidak tertawa karena mereka kerap kali bercanda menggunakan bahasa sunda, aku hanya mengerti bahasa sunda hanya sedikit – sedikit saja, apalagi mereka ngomong cepat dan memakai kata – kata  sunda yang cukup asing di telingaku. Selain itu, aku pernah sedikit mengerti dengan candaan mereka, tapi aku cukup bingung dimana letak kelucuannya ? aku tidak mengerti mengapa hal yang seperti kerupuk *garing* itu bisa membuat orang tertawa. Tapi, memang adapula hal yang lucu, dan itu membuatku tertawa. Tapi itu jarang. Mereka sampai bingung, kenapa aku tidak pernah tertawa atau tersenyum, lalu hati dan pikiranku menjawab, kenapa aku harus tertawa dan tersenyum ketika aku sendiri yang merasa teraneh – aneh sendiri melihat kalian tertawa ? Apalagi muka ku ini jutek abiss parah, apalagi aku selalu badmood, makin jutek lah segenap muka ini. HAHAA ~

Balik lagi ke cerita mistis, saat itu kami sedang berkumpul rapat dan teman – teman kelompok ku sedang tertawa. Tapi jujur aku mendengar suara – suara lain yang berasal dari ruangan lain di arah dapur. Suara itu bukan berasal dari kami, tapi berasal dari arah lain. Seperti suara orang yang sedang sibuk mengobrol. Sesekali aku melihat ke arah belakang , ke arah suara berisik tersebut. Soalnya aku takut suara tersebut adalah suara manusia berwujud maling. Pintu kamarku tidak di tutup, di sana terhampar laptop dan cameraku. Bolak – balik aku melirik ke arah suara lain tersebut. Suara kelompok ini yang bercanda semakin keras, mereka tertawa keras di balik suara lain dari ruangan lain tersebut. Tiba – tiba Tito yang berada disampingku bertanya,

Tito      : “kamu dengar ga ?”
Aku      : “iya” *sambil melihat ke arahku*
Tito      : “Suara bersin kan ?”
Aku      : “Iya” *sebenarnya tadi aku mendengar seperti suara tertawa berisik lain dan orang ramai juga*
Tito      : *tersenyum seram*
Aku      : “Ih, aku takut...”
Tito      : “udah, gapapa da”
Aku      : “Aku bukan takut yang horor – horor gituan, tapi aku takut maling. Bentar ah”

Akupun menuju ke kamarku, sebenarnya aku takut, takut beneran ada maling. Apalagi aku tidak jago berantem dan tanganku kecil untuk ngelawan perampok. Aku buru -  buru mengunci pintu kamarku dan kembali lagi ke kumpulan teman – teman.

Malam itu berakhir hingga ke hari – hari berikutnya,

Siang itu tiba – tiba Nisa, teman sekamarku berkata ada sesuatu yang aneh dikamar ini.
Nisa     : “Ris ! Tau ga ? Kamar ini seram”
Aku      : “Ha ? seram gimana ?”
Nisa     : “Iya tadi siang kan aku pulang duluan, trus ganti baju, tadi siang kebetulan mati lampu. Trus tiba – tiba di belakang aku ada suara yang bilang HAI”
Aku      : “Ha ? temen kita kalik yang kebetulan lewat trus bilang hai”
Nisa     : “engga ris ! engga ! beneran ga ada yang lewat. Lagian tadi cewenya sedikitan”
Aku      : “Masa sih ? temen kita kalik.”
Nisa     : “Engga ris! Beneran ini. Beneran di belakang aku banget, di telinga aku banget. Pas aku lihat ke belakang ga ada orang. Aku langsung teriak – teriak itu manggil si Huda karena takut”
Aku      : Hemm...

Beberapa hari setelah itu,



Kita seperti biasa, baru beres melaksanakan rapat kelompok. Hampir tengah malam tapi aku masih diruang tengah mendengarkan curhat teman satu kelompok dan dia meminta saran. Di ruang tengah ada aku, Kori dan Afina. Tiba – tiba tito datang, aku lupa dia mau ada kepentingan apa, tapi ujung – ujung nya dia jadi ikutan cerita. Saat salah satu bercerita dan yang lainnya mendengarkan, tiba – tiba.......

GRUBUK ! GRUBUK ! GRUBUK ! GRUBUK !

DUK ! DUK ! DUK ! DUK!

Tiba – tiba Nisa dan Lela nongol , ikut gabung ..
Aku, kori, afina : “Kenapa hey kenapa ? ”
Nisa dan Lela   : “engga , gapaa gaapapa”
Aku                  : “Ih kenapa sih kenapa ? aku penasaran !”
Nisa dan Lela   : diem *ngosh – ngoshan*
Aku                  : “kenapa sih ??”
Tito                  : *langsung pergi, kebiasaan tito, kalau ngelihat yang riweuh ga jelas, dia gasuka dan mending langsung cabut*
Aku                  : “Kenapa ih ?” *kepo berat.

Lalu kita semua masuk kekamar kori dan neng ayu, sebagian karena takut sebagian karena kepo. Akhirnya Nisa menjelaskan bahwa Ia dan Teh Lela mendengar suara orang yang mengikuti suara ketawa kami (aku, kori, tito dan afina) saat kami ngobrol di ruang tamu. Aku dan Afina  masih positif thinking, “ah, itu suara orang di luar kali lagi ketawa”. Tapi mereka berdua tetap berkilah, “engga ih ! mana mungkin suara orang jam segini ! itu suara ketawa gitu, tapi niruin suara kalian”. Aku dan Afina tetap positif thinking tapi yang rada – rada kebawa suasana takut juga.

Nisa     : “kayaknya bener deh yang di bilang sama ibu tadi. Kayaknya rumah ini tuh emang seram,  udah lama ga ada yang nempati. Karena emang ga ada yang betah tinggal disini,”

Oke, makin takut. Tapi aku lebih ingin ke kamar mandi. Hehehe. Yaudah, setelah itu, aku dan afina, dua makhluk paling positif thinking di ruangan ini mencoba mengecek kamar mandi apakah ada orang atau tidak. Kalau tidak kita gas pakai kamar mandi. Saat sudah di depan tangga , ngintipin ke arah kamar mandi, tiba – tiba ada suara,

“huuu, huuu, huuuuuuu” *suara seperti oraang yang merintih ketakutan, hampir mau nangis*

Aku dan Afina langsung jadi patung, lalu kita tatap – tatapan. Shit ! Aku merinding abis. Aku tanpa pikir panjang balik badan dan melangkahkan kaki ku panjang – panjang menuju kamar Kori, tempat semuanya berkumpul.

Aku      : “Kamu kenapa lagi ?”

Nisa     : “kenapa ?”

Aku      : “Tadi kamu kan yang nangis ketakutan ?”

Nisa     : “Apa ?? engga ??”

Aku      : “Tapi suaranya tadi kaya kamu”

Afina    : “Iya, tadi itu suaranya mirip banget kayak suara kamu”

Nisa     : “engga, dari tadi aku diam aja”

Oh Shit! Kenapa makin horor gini sih. Si duo positif thinking , aku dan afina pun mulai keder mental nya. Kita berdua sama – sama jadi nongkrong di kamar itu untuk menenangkan diri. Tapi sayangnya, hasrat kekamar mandi lebih besar dari apapun saat ini. Aku dan Afina pun kembali berspekulasi, itu suara tetangga di luar atau suara dari laptop anak – anak cowok di lantai atas. Afina pun mulai menjelajahi tirai, mencari sumber suara, Ia mengintip keluar jendela. Tapi, tidak ada orang satupun. Oke, pencarian selanjutnya adalah mengecek kamar anak – anak cowok satu persatu. Lalu, kami berdua pun menemukan bahwa ada anak cowok yang masih menonton film saat itu. Aku dan afina pun menyimpulkan bahwa suara itu adalah suara film dari laptop anak cowok dilantai atas. Walau pun suara itu adalah suara – suara yang meniru suara kami satu sama lain.

Aku dan afina pun, kekamar mandi sendiri – sendiri. Bodo amatlah sendirian juga, yang penting gue pengen banget ke kamar mandi.

__THE END__
MAKASIH TELAH BERKUNJUNG. I LOP U ALL

0 comments:

Post a Comment

jengggggggg