Rissa Indrasty

My Photo
Jakarta , Jakarta Selatan, Indonesia
seafairy | journalist | artist | musician | artworker | traveller

Diselingkuhi

 20/10/2024

Hai, sudah lama sekali ya aku tidak mengunjungi diriku sendiri.

Ketika aku buka ini, yang aku lakukan pertama kali yaitu memposting tulisan yang masuk ke dalam kolom draft, tulisan yang aku sudah tulis ketika aku masih muda, sempat kuposting, kemudian kusimpan didraft lagi. Aku masih muda dengan segala konflik2 menyebalkan itu.

Lalu aku melihat di tahun 2023 aku memposting hanya sekitar 2 atau 3 tulisan di tahun itu, namun tahun 2022 menghilang. Aku tidak menulis sama sekali.

Tahun 2022 adalah tahun yang penuh dengan kebahagiaan dan bergejolak konflik. Dilanjutkan tahun 2023 yang penuh dengan air mata.

Sebenarnya 2022 itu banyak kisah menarik yang bisa aku tuliskan, tapi ada sedikit rasa syukur moment itu tidak aku tuliskan. Ntah bagaimana menyakitkannya jika aku membaca ulang moment 2022 itu sekarang.

So, sedikit aku akan membukanya di sini.

2022 adalah moment aku bertemu dengan seorang lelaki. Secara visual, dia oke tapi bukan yang tertampan di antara yang lainnya. Dia tinggi, kulitnya bersih. Pertama kali kami bercincang melalui media sosial, ntah aku atau dia yang menemukan satu sama lain.

Seirock Ya Radio Dalam, pertama kali kami bertemu. Berbincang banyak hal, aku yang paling banyak bicara karena aku memang suka bicara. Kami sempat membahas tentang realitionship, sempat aku bilang bahwa aku di usiaku 27 tahun saat itu, aku menginginkan hubungan yang serius. Begitupula dengan dia, yang "katanya " memiliki visi misi serupa.

Tapi ya sudah, aku merasa itu pertamuan yang menyenangkan sekaligus biasanya saja. Tidak ada rasa menggebu-gebu padanya. Aku juga tidak terlalu antusias dan merespon  pesan-pesannya. Tapi dia selalu berusaha muncul. Hingga akhirnya kami sering berjalan bersama.

Tidak pernah terbersit bahwa 'dia orangnya,' karena ntah lah, aku tidak menyadari apapun yang aku rasakan. Aku tidak percaya aku bisa sangat mencintainya.... pada akhirnya.

Dia terus berusaha hadir, terus menuntut, dia juga terlihat lucu dan menggemaskan. Kadang aku sengaja mengerjainya, dengan mengatakan 'aku akan meninggalkannya,' dan wajah sedihnya sampai sekarang terus membekas diingatanku hingga sekarang, saat kami sudah tidak lagi bersama.

Hingga sampai pada hari itu, Ia ingin kami memiliki hubungan. Dia berjanji "akan menikahiku, jika aku sudah mulai menyayanginya." Dia bahkan membebaskanku untuk mencari lelaki lain sambil menunggu sampai aku bisa memiliki rasa sayang padanya. Ini hal yang begitu gila dalam pikiranku. Tapi saat itulah, aku mulai melihatnya.

Tapi sayangnya, perjalanan kami tidak semulus itu. Banyak pertengkaran yang terjadi, dia banyak mengekang dan menuduh. Aku yang saat itu sangat suka melakukan banyak hal, selalu terhambat. Tapi, aku adalah aku. Aku tidak menghiraukan dia, aku tetap melakukan apa yang aku suka. 

Saat itu aku ingin pergi konser, yang aku kira kita bisa pergi bersama. Kita sudah sering membahas konser itu. Tapi ternyata dia memilih pergi bersama teman-temannya. Sebenarnya diam-diam aku sangat sedih, tapi aku bukan orang yang mengekang kesenangan pasanganku. Jadi, yasudah gapapa dia pergi sama teman-temannya. Ya sudah, aku beli tiket konser itu sambil mencari teman yang bisa diajakin nonton konser. 

Vio, waktu itu rekan kerjaku, dia lelaki, aku dan dia udah kayak kakak dan adik. Ini mungkin sulit dipahami sebagian orang, tapi sejak kuliah aku telah menyadari bahwa aku tidak pernah menyukai temanku sendiri. Kayak "najiss aja gitu." Aku selalu menganggap teman lelakiku seperti perempuan, jadi jatuhnya seperti lesbi kalau aku punya perasaan.

Ya memang Vio yang saat itu respon cepat dan bisa diajakin nonton konser. Lagipula kalau aku nonton sendiri, aku bingung bagaimana pulangnya. Lokasi konsernya jauh, di Ancol. Pesan transportasi online juga bakal lama nunggunya, rame, sendirian. Keselamatanku lebih penting. Tapi sepertinya mantanku ini, kita sebut saja inisial R, dia tidak suka. Tapi di sisi lain, dia tidak memberikanku solusi sama sekali. Dia malah memintaku pulang sendiri saja. Aku tidak habis pikir dan emosiku memuncak, mengapa dia mengabaikan kondisi dan keselamatanku? Dia tidak ada menawarkan diri untuk menjagaku sama sekali. Hal yang terpenting baginya hanya ego dan perasaannya saja yang tersakiti karena aku pergi konser sama teman lelaki.

Aku tidak mau menyalahkan orang lain di sini, tapi saat itu tindakannya membuatku juga memilih egois. Aku tetap ingin menjalani hal yang aku suka. Aku berpikir, masa aku tidak bisa nonton konser karena dilarang sama dia? aku juga beli tiket konser pakai uangku sendiri loh.

Yasudah, aku mengabaikan perasaannya aku tetap pergi dan menikmati pengalamanku. Kami sempat bertemu bersama di area konser, tapi itupun ada sedikit konflik. Aku dan teman-temanku menunggunya, tapi dia tidak muncul2. Ah sudahlah. Lalu ada moment juga yang memang kondisiku terpaksa saat itu, yang memang menyakitinya. Tapi aku benar-benar terpaksa, tak ada niat dan tak ada sama sekali yang terjadi. kayak i swear to god, gue berani jaminn.

Setelah kejadian itu, dia bercerita dengan teman-temannya tentang buruknya diriku. Ia bercerita tentang aku pergi sama lelaki lain lah, atau apalah, aku tidak tau bagaimana cara dia bercerita pada teman-temannya versinya. Dia mungkin tidak bercerita dari sisi dan keadaanku saaat itu. Aku tidak tau seberapa besar rasa benci teman-temannya padaku mendengar akulah penjahat satu-satunya, pergi konser sama teman lelaki tanpa merkea tau kondisiku saat itu.

Aku juga pernah tak sengaja bertemu teman-temannya di kosan temannya, saat itu teman-temannya tampak tak melirikku sama sekali, tidak menyapa, dan si R ini juga tidak memperkenalkanku sama sekali. Aku sempat pamit pulang pada temannya, tapi direspon tak acuh.

Sejak itu pula, aku tidak pernah mau setiap si R mengajakku hang out sama teman-temannya. Buat apa? buat apa nongkrong bersama orang -orang yang jelas-jelas tidak menyukaiku sama sekali? Aku sudah dibuat jadi penjahat kok dari versi si R ini.

Kemudian, kami pernah ada omongan untuk ngetrip ke bali. Sebenarnya perbincadangan awal kita kenal itu, ya soal trip Labuan Bajo. Waktu itu kita sama-sama pernah ke Bajo, hingga akhirnya jadi banyak hal yang kita bagikan soal pendapat kita. 

Tapi saat itu, dia menolak untuk aku ajak trip ke bali padahal aku sudah ambil cuti. Padahal dia sendiri yang bilang, dia bisa cuti kapan saja, beda denganku yang ribet tiap pilih tanggal cuti. Ternyata, di tanggal yang aku pilih itu pun  dia tidak bisa, ada acara kantor katanya. Acaranya juga bukan yang gimana banget. 

Aku cukup kesal, karena aku sudah mengambil cutiku yang berharga. Akhirnya aku mengajak temanku yang lain lagi, dan yang memang bisa saat itu temanku, lelaki. Dia juga bro ku. Aku tau sih, kayak yang mungkin dia kesel, aku enak-enak liburan di bali dan sama laki2. Tapi dia mikir ga sih, aku juga ambil cuti buat pergi sama dia, eh ternyata dia ga bisa. Masa aku harus sia-siakan. Sedangkan di hari aku cuti itu, dia lagi kegiatan kantornya, ga akan bisa kita quality time sama-sama.

Sejak itu, dia selalu menyalahkanku soal hal itu. "Ke Bali sama cowo." Hey Bro, gue kalo selingkuh, juga milih orang lah. Gue bakal cari yang lebih ganteng, yang lebih tinggi, lebih oke, sedangkan teman trip gue ini..... AH ELAAH, kan lo sendiri udah liat fotonya, nalar lu nyampe ga kalo gue ga bakal lah selingkuh sama dia? Dia hanya sebatas teman trip gue.

FUN FACT NYA:

Ujungnya kami putus, katanya "dia pengen sendiri dulu."

Faktanya parah sekali.

Bayangin, tiap minggu ada aja berantemnya karena rekan kerjaku pada cowok-cowok. Sedangkan dia framing dirinya dia adalah cowok polos, baik, ga pernah ngapa-ngapain, ga pernah main cewek. Ternyata kenyataannya bikin gue kaget gila. Main cewenya banyak, pakai framingnya sama ke cewe cewe lain, R si cowo polos, baik hati, tak pernah ngapa-ngapain. Pokoknya dia pakai mode cowo baik ini ke semua  cewek cewek yang dia deketin. Im so sorry kalau gue bilang gini, tapi emang ini kenyatanan pahit yang tidak bisa disangkal.

Waktu gue ke Bali, dia ternyata diem-diem rencana mau nyamperin cewek lain ke Yogya. dengan dalil, "kan kamu pergi trip sama cowo, makanya aku mau nyamperin dia." Cuih. kalau udah niat selingkuh, jangan salahin orang dong. Emang lu niat aja. kalo lu ga niat selingkuh, ga mungkin lu ada pikiran itu sesakit-sakit hatinya lu sama gue. dan lagi, udah berapa lama ya lu chatan seru sama cewe itu, sampe kepikiran mau nyamperin. Udah mah cewenya pacar orang.

Tapi dia ga jadi nyamperin cewek itu, katanya karena udah keduluan sama cowok lain yang sekarang jadi pacarnya cewek itu. Lucu ya, pacarnya ajak ke luar kota dia ga bisa, Eh tiba-tiba mau nyamperin cewe lain ke luar kota dibela-belain. Sakit ga ?

Lucunya, ketika si R ini ngetrip ke Bali sama teman-teman cowoknya. Eh diam-diem ketemuan di belakang gue di Bali sama cewe Yogya ini. Ya namanya bangkai, mau ditutup juga bakal ketahuan juga. Pulang dari Bali juga gue ga sengaja nemu screenshoot DM dari cewe lainnya (teman kantornya) lagi yang ngomong "sayang." Gue biasa aja karena dia bilang itu cuma becandaan sama teman.

Tiap hari minta izin mulu nganterin si cewe teman kantornya ini pulang. Tapi nge pap dulu, sama teman cewe kantornya yang ditebengin ini mampir ke sushi hiro. Gue yang kayak percaya omongan dia yang katanya "CUMA TEMAN", ya biasa aja dia bergaul sama teman perempuan. Tapi ternyata, Enaknya selingkuh, apalagi seolah gue izinin ya. Sedangkan gue yang ga selingkuh sama sekali dituduh dan dicecar terus. 

Gue ngerasa bodoh juga sih, nemenin lu versi lu masih kayak sampah masyarakat. Pesen makanan di restoran ga berani, ga mikir jangka panjang, maksa lu buat ikut makan bareng di kantor pusat kuningan biar lu di mention boss, selama ini lu ngeluh ke gue kalau lu ga dianggap sama tim lu, lu selalu diletakin kerja di Cikarang sedangkan tim lu di Kuningan. Akhirnya lu di mention sama bos lu dan dipindahkan ke kantor pusat Kuningan setelah gue paksa makan bareng itu. Ternyata, itu semua malah buka jalan buat lu selingkuh sama temen kantor lu dan akhirnya nikahin dia. Rasanya kalo waktu bisa diulang, gue bakal bodo amat pas lu ngeluh soal kerjaan lu dan gue tetap abaikan lu pas lu minta balikan, mungkin sekarang lu masih membusuk di kantor cabang Cikarang itu.

Di ending sebelum perpisahan, tak lupa lu manfaatin gue abis-abisan abis kita makan Gyukaku. Padahal lu tau kalau lu bakal pilih cewek itu. Lu selalu cerita teman kantor lu yang cewe2 nyebelin, suka korea semua, lu ngerasa mereka berisik, eh terus dinikahin juga hahaha. Kirain lu nikahin cewe lantai berapa itu, yang lu suka liatin karena pakai baju transparan. Sakit banget.

Di ending lu kelihatan benciiii bangeettt sama gue. Gue ga paham, gue selalu berupaya jadi yang lu mau. Tapi kebenciian dari asumsi lu yang menumpuk itu selalu menang, kapan sih gue selingkuh dari lu? maana pernah hati gue kemana mana, lu bentak-bentak gue tiap saat di depan umum kayak lu ngebentak anak kecil, gue malu banget orang-orang pada ngeliatin, ada ga abis itu gue nyerah? nggak kan? Sampai lu tak memperlakukan gue sebagai manusia. 

Inget ga sih? waktu gue putusin lu pertama kali karena lu ngebentak gue di depan umum gara2 nanya ke pelayan cara pesan makanan? Lu bilang "aku kaget ternyata kamu diam aja (setelah dibentak)". Gue emang galak, tapi masa iya gue bentak-bentak lu? otak lu ga jalan ya selama sama gue, cuma baik ke orang lain, jahatnya ke gue doang. Suara lu yang kenceng itu aja buat gue tertohok banget. Pulang dari itu gue nangis-nangis sambil putusin lu, walau gue rasanya ga sanggup kalau ga ada lu, gue bakal gimana.

Lalu besoknya lu benar-benar dari Cikarang nyamperin gue untuk minta maaf, lalu ngajak gue makan di resto yang jarak bangkunya deketan. Disitu lu ngomong dengan nada tinggi kalau lu gamau pisah, bla bla bla. Gue sampai tidak tau harus gimana karena semua orang melihat ke arah kita  akibat suara lu yang volume 100% itu. Sampai lu sendiri bilang "tadi suara aku kenceng ga ya?" MENURUT LO? BEGO!

Disitu kita balikan lagi, gue takut kalo ga bales pesan lu, lu bakal datang lagi jauh2 dari cikarang. Gue gamau lu sakit kalo tiap hari datang jauh setelah seharian capek kerja. Makasih ya, lu udah jauh-jauh. Perlahan, perasaan gue ke elu makin besar. Meski kita sering berantem, lu selalu mendebat apapun yang gue bahas, meski hal itu ga perlu. Padahal lu cukup dengerin dan memberikan jawaban yang tidak menyulut perdebatan. Gue herannya perkara personil keluar dari band aja, "Kamga Tangga," lu bisa mendebat gue sebegitunya. Gue sampe berkali kali bilang, kok kita ga pernah cocok ya kalau ngobrol?

Tapi anehnya, kita selalu berantem di telefon. Tapi kalau ngobrol secara langsung, kita baik-baik aja.

Kecuali di moment waktu kita putus pertama kali ya, itu lo berubah parah. Gajelas. dichat baik-baik aja, tapi pas ketemu gue langsung jutek parah. Alasannya "AKU CAPEK." Emang ada ya? manusia yang ga capek di dunia ini? Jelek banget lah sifat lu itu, lu memperlakukan gue kayak bukan manusa. Begitupula setelah kita balikan kedua kali, lu memperlakukan gue jauh lebih parah dari pada yang pertama. Mungkin karena lu udah punya back up cewe yogya yang diam2 lu temui di Bali dan cewe kantor yang masuk dalam radar dan budget lu itu ya, makanya ngebuang gue juga gapapa. Setiap hari tiada hari tanpa lu menyakiti gue. Gue bingung setiap hari, salah gue apa, tapi lu tidak pernah bahas. Ternyata, lu punya masalah sama selingkuh2 an lu itu ya, lampiasinnya ke gue.


ELU BRENGSEK.

Gue gatau sih, gue itu sayang banget sama lu. Benar-benar lu lelaki yang gue pernah ada bayangan bakal menikahi lu suatu saat nanti. Tapi di satu sisi, gue pengen Tuhan membalas lu dengan separah-parahnya. Gue selalu berharap lu merasakan yang lebih parah, seperti tenggelam dan nafas lu terasa sesak saking lu ngerasa sakitnya tidak bisa menghirup udara. Itu doa-doa yang sempat gue sematkan ketika gue memikirkan kebrengsekan lu. Tapi terbersit juga, gue pun ga tega memikirkan lu menderita. Benar-benar sesayang itu gue sama lu. Air mata gue ga pernah abis kalau udah ngebahas lu. 

Udah ah, capek ngetiknya, gitu deh. Jadi gitu kisah gue di tahun 2022, tadinya isinya mau bahagia, tapi males nulis kebahagiaan karena udah semu semua, udah dikotori sama kejamnya manusia. Jadi sebenarnya ini sekaligus kisah 2023 yang penuh dengan air mata. Makasih ya diriku, next time gue cerita hal lainnya ya. Gue mau coba sering-sering mampir kesini.



0 comments:

Post a Comment

jengggggggg