Matahari
pagi menjelang siang menyelimuti wilayah Cibiru, Kota Bandung.Panas nya
matahari yang memancar dengan ganas seakan-akan ingin menjilat dan melenyapkan
apapun yang ada di depannya dalam sekejap.Sepertinya dewa matahari bangkit dari
tidur panjang nya setelah belakangan lelah berperang, melawan awan abu-abu
cumolonimbus yang ta tidak ingin kalah bersaing menunjukkan kehebatannya kepada
Bumi.
Bukan
hanya panas yang sedang di hadapi Bumi bagian Cibiru kala itu, tapi juga
hamparan Carbonmonoksida yang seperti akan memakan habis oksigen menghiasi
jalanan yang padat.Pohon-pohon yang berada di sekitar jalanan yang ikut andil
mempertahankan oksisigen kala itu, ikut kewalahan akibat asap-asap hitam
kendaraan umum yang sudah sudah rongsok dan asap-asap rokok dari para pria-pria
berkulit hitam yang saling beradu mendapatkan orang-orang yang ingin kembali pulang
karena mrerindu pada tanah lahir.Sekan tidak perduli betapa sesak nya nafas
demi memperoleh oksigen, para pria berasapkan rokok tersebut tetap mencari
penumpang.Mungkin mereka lebih menyukai karbonmonoksida.
Berbeda
dengan pria penghisap rokok, para mahasiswa yang berkuliah di Universitas Islam
Negeri Sunan Gunung Djati Bandung kala itu sedang menghadapi problematika yang
rumit.Ganas nya matahari yang menghanguskan kulit dan membuat gerah, nafas yang
terengah-engah karena berjalan kaki dengan terburu-buru karena takut matahari
akan menyantapnya , oksigen yang jumlah nya sedikit pada saat kondisi seperti
ini, membuat para mahasiswa sangat malas untuk menghadapi perkuliahan kala itu.
Selain kondisi di luar, kondisi
di dalam mahasiswa pun ikut serta menambah kepenatan para mahasiswa.Banyak nya
tugas-tugas yang deadline pengumpulannya di saat bersamaan, membuat para
mahasiswa tidak bisa menahan serangan luar biasa untuk tidak tertidur dan badan yang sangat
meriang akibat begadang,bukan karena insomnia tapi karena memaksakan diri
mengerjakan amanah dan kewajibannya sebagai mahasiswa.Tapi hal itu terlihat
berbeda dengan para mahasiswa Jurnalistik 4 D, mereka malah tampak datang lebih awal dan
asyik bersenda gurau di depan ruangan kelas.Gedung yang letak nya paling jauh
dari fakultas lainnya dan juga gedung yang letaknya paling atas sehingga para
mahasiswa harus lelah mendaki, yaitu gedung Z- 10 Fakultas Ilmu Komunikasi.
Mahasiswa Jurnalistik 4 D kala
itu sedang menunggu sosok lelaki yang sangat menginspirasi.Sosok yang selalu
memicu dan membakar semangat para mahasiswa.Sosok yang bertubuh kurus , kecil
dan mengenakan kacamata berbentuk bulat
layak nya Harry Potter yang bisa menyihir suasana menjadi lebih baik dengan
sekali ayunan tongkat sihir.Sosok yang sangat tepat untuk menjadi panutan,
sosok yang berjalan cepat dengan menenteng tas ransel hitam besar nya di balik
punggung kecil nya.Sosok tersebut terlihat dari kejahuan dan semakin jelas saja
wajah yang tampak serius.Ya, sangat serius untuk memberikan ilmu-ilmu dan
jasa-jasanya kepada para mahasiswa, yaitu Bapak Drs. AS Haris Sumadiria, M. Si.
Sosok yang mampu mendaur ulang pikiran
mahasiswa menjadi kembali ke pengaturan awal, mampu membuat pikiran mahasiswa
menjadi segar kembali.Sosok pengajar yang sangat di siplin, tetapi beliau
selalu bisa membuat para mahasiswa untuk betah di kelas.Guyonan-guyonan yang
edukatif sangat mampu menggelitik perut para mahasiswa hingga tidak mampu lagi
menahan bagaimana tawa asli mereka.Semua tertawa sampai suasana ricuh dan tidak
jarang yang sampai mengeluarkan air mata. Tanpa lelah ia berbicara di depan
kelas memberikan suasana kelas yang sangat nyaman.Sosok yang benar-benar
komunikatif dan sangat menujukkan bahwa beliau seorang dosen ilmu komunikasi.
Pada awal perkenalan, beliau
tampak sangat tegas hingga membuat mahasiswa ciut.Tapi beberapa menit setelah
nya, gunung es yang membentengi rasa takut
mahasiswa mendadak roboh karena guyonan nya yang seperti tiada obat untuk
menahan untuk tidak tertawa.Beliau berbicara dengan sangat berapi-api dari awal pertama
perkenalan di depan kelas dan strategi
perkuliahan yang akan mahasiswa hadapi.Berjalan ke sekeliling ruangan kelas dan
mendekati mahasiswa satu-persatu dengan kata-kata yang keluar dari pita suara
yang tak kenal lelah bergetar, ia membangkitkan kembali semangat mahasiswa yang
sempat lesuh menjadi mampu membentuk tawa berbentuk bulan purnama yang di
tutupi separuh awan.
Bapak Haris Sumadiria merupakan dosen sekaligus ketua jurusan
jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati
Bandung.Sosok yang riwayat pendidikannya adalah Alumnus Jurusan Jurnalistik
Fakultas Ilmu Komunikasi (S1) dan Bidang Kajian Ilmu Komunikasi Program
Pascasarjana (S2) Universitas Padjadjaran Bandung.Beliau merupakan akademisi
yang memiliki intelektualitas yang tinggi.Hal itu sangat terlihat dari cara
mengajarnya dan dari tulisan-tulisannya yang sangat komunikatif.Ya, beliau
merupakan seorang penulis,kolumnis,novelis, sekaligus jurnalis.Selain itu, hal
itu bisa terlihat dari beliau yang kerap menjadi pemateri dalam berbagai
seminar,simposium,lokakarya, dan pelatihan bidang komunikasi,jurnalistik, dan
kehumasan.Lalu , beliau merupakan anggota Tim Asesor BAN PT. Sebagai konsultan
komunikasi, beliau juga aktif melakukan pendampingan masyarakat di Jawa dan
Bali.
Bapak Haris Sumadiria, beliau juga sosok yang sangat
produktif hingga kini.Beliau merupakan penulis buku ilmu-ilmu sosial yang buku
nya bertebaran dimana-mana.Tidak hanya di kampus UIN, tapi buku nya juga
menjadi konsumsi para mahasiswa kampus lain. “Oh anak UIN ya? Berarti kenal Pak Haris
dong ? yang buku nya bertebaran dimana-mana” Ungkap mahasiswi universitas
Padjadjaran saat terlibat obrolan santai sore itu.Selain itu, buku beliau
menjadi rekomendasi di toko-toko buku.Terutama di pusat penjualan buku di Kota
Bandung, yaitu Palasari.Biasanya ketika mencari buku-buku yang berhubungan
dengan ilmu komunikasi, para pedagang selalu merekomendasikan buku
beliau.Buku-buku tulisan beliau antara lain Jurnalistik Indonesia, menulis
artikel dan tajuk rencana, sosiologi Komunikasi.Untuk sekarang, beliau sedang
dalam proses penulisan buku barunya yaitu Filsafat Komunikasi.beliau berkata
“aku sebagai seorang dosen,sebagai seorang akademisi , aku harus menulis demi
mahasiswa-mahasiswa aku.Agar mahasiswa aku lebih pintar lewat buku-buku aku.
Aku juga menghasilkan karya agar orang-orang tau aku sebagai dosen yang selalu
produktif sampai usia segini ” ungkap Pak Haris saat sedang mengajar di
kelas.Hal tersebut juga terlihat dari tulisan di buku karangan nya yang
berjudul penulisan artikel dan tajuk rencana halaman 14, yang menganalogikan
fatwa Descartes menjadi “Saya menulis maka saya ada.”
Selain sebagai pengajar, beliau
juga sebagai pendidik.Beliau banyak sekali menceritakan kisah-kisah inspiratif
yang membuat para mahasiswa nya kagum dan ingin menjadi seperti
beliau.Pengalaman hidupnya saat masa-masa kuliah misalnya, dahulu beliau
berkuliah dengan biaya sendiri.Beliau sering mengirim cerpen,resensi buku ke
koran-koran dan dari situlah beliau mendapatkan biaya untuk kuliah.Di sini
telihat bahwa beliau merupakan pekerja keras.Lalu, beliau selalu memberikan
tugas dan langsung mengoreksi hasil tugas para mahasiswa sehingga para
mahasiswa tau dimana letak kesalahan mereka dan
belajar dari kesalahan.
0 comments:
Post a Comment
jengggggggg